Kamis, 28 November 2013

Ilegal atau Legal, Kesehatan Perlu Diutamakan

   

     Lain ikan lain belalang, hal tersebut dapat dibuktikan juga dalam dunia prostitusi dan pelacuran di berbagai negara. Dalam konteks ini bukan berarti membenarkan dunia prostitusi atau pelacuran. Prostitusi merupakan hal yang berlawanan dengan nilai moral akan tetapi faktanya pelacuran terjadi di mana pun. Langkah memberantas sulit tapi mungkin dapat diminimalisir jumlahnya.
     Perbedaan peraturan dan hukum di setiap negara berbeda contohnya saja di Belanda, disana memeberikan gambaran tentang pendekatan tangan besi dan model melegalkan dan mengatur pelacuran (yang memang ditoleransi sebelumnya) dengan keyakinan bahwa langkah ini akan membawa kemudahan dalam memberikan layanan kesehatan dan mengawasi para pekerja di kalangan pelacur, dan untuk mencegah anak- anak dibawah umur dan korban trafficing diperjualbelikan. Namun bukan semata- mata negara ini bebas mendirikan bisnis prostitusi. Kewajiban meminta izin serta mendaftar usaha harus dilakukan jika tidak, maka bisnis tersebut dianggap tidak legal atau bisnis gelap. Pekerja seks legal yakni terdaftar berhak memperoleh layanan dan jaminan sosial dari negara. Mereka berhak atas asuransi kesehatan, asuransi jiwa, berhak menerima layanan pemeriksaan secara teratur, perlindungan hukum sebagai pekerja, bahkan menerima dana pensiun.
     Berbeda di India, tempat- tempat pelacuran secara teknis ilegal tetapi tempat pelacuran tersebar dimana- mana sama halnya dengan di Kamboja. Di negara negara miskin, hukum sering tidak relevan. Kita harus mengubah kenyataan, bukan hanya mengubah hukum. 

Sumber foto : rumahsejutaide.wordpress.com

Minggu, 24 November 2013

Mata Massa, Aplikasi Masyarakat Urban Memantau Pemilu 2014

Dari kiri : Ferry (Perludem), Ferry Kurniansyah (KPU), Nelson Simanjuntak (Bawaslu),
Ahmad Suwandi (Badan Pengawas iLab) 

     Pemilu 2014 merupakan pesta demokrasi akbar untuk menentukan pemimpin  lima tahun kedepan oleh karenanya  Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan ICT Laboratory for Social Changes (iLab) dan didukung oleh Southeast Asia Tecnology and Transparency Initiative (SEATTI) meluncurkan  aplikasi pemantauan pemilu yakni Mata Massa pada Minggu lalu (24/11) di Perpustakaan Salihara Jakarta.
    Aplikasi Mata Massa merupakan sarana untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi terkait pemilu mendatang. Baik dalam hal iklan kampanye, alat peraga kampanye serta skandal kampanye yang terselubung.
     Aplikasi dengan pendekatan smartphone ini digunakan oleh masyarakat dan kaum muda atau pemilih pemula agar terlibat aktif dalam pemantauan. “Membuat aplikasi dan program untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, masyarakat perlu diajak selain partisipasi pada hari H” ungkap Umar Idris selaku Ketua AJI.
    Negara yang pernah menerapkan aplikasi serupa yakni Kenya, Thailand dan Malaysia.  Dengan aplikasi tersebut setiap warga dapat terlibat langsung agar pemilu berjalan jujur, adil dan bebas.
Laporan dari warga yang sudah benar baik format maupun kontennya maka tim verifikator segera melakukan proses verifikasi laporan dan akan dipublikasikan ke situs MataMassa.org. Selanjutnya laporan tersebut akan ditindaklanjuti oleh regulator pemilu yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
     Pemantau pemilu yang terdaftar akan menjadi keypersons dan akan rutin mengabarkan mengenai pelanggaran yang terjadi menjelang  pemilu. Oranye yang merupakan lembaga pers mahasiswa Universitas Tarumanagara (UNTAR) tergabung dalam keypersons tersebut.  Tidak hanya UNTAR, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah (UIN), Universitas Negri Jakarta (UNJ), Universitas Nasional (UNas) serta berbagai universitas di Jakarta lainnya ikut tergabung didalamnya. 
     Menurut komisioner Bawaslu Nelson Simanjuntak, pelanggaran yang terjadi berasal dari tingkat kejujuran calon baik legislatif atau eksekutif yang hanya sebatas normatif sehingga hal tersebut yang membuat pemilu menjadi banyak tantangan.


Dipublikasikan pertama kali di http://fikomuntar.blogspot.com/2013/11/masyarakat-urban-masyarakat-pemantau.html

Kamis, 21 November 2013

WANITA atau PEREMPUAN ?

Terdapat diktum pada kaum feminis mengenai penggunaan kata “perempuan” dibandingkan kata ‘wanita”. Seperti yang kita ketahui beberapa organisasi atau istilah yang di dalamnya terdapat kata “wanita” secara bertahap dan pasti, menggantinya dengan kata “perempuan”. Contohnya saja Menteri Peranan Wanita kini berubah menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan.
Mari kita bahas mengenai “wanita” terlebih dahulu.
  • Dalam KBBI (1988: 1007), wanita berarti 'perempuan dewasa'.
  • Menurut KD (1970: 1342), kata wanita merupakan bentuk eufemistis dari perempuan.
  • Berdasarkan "Old Javanese English Dictionary" (Zoetmulder, 1982), kata wanita berarti 'yang diinginkan'. Arti 'yang dinginkan' dari wanita ini sangat relevan dibentangkan di sini. Maksudnya, jelas bahwa wanita adalah 'sesuatu yang diinginkan pria'.
  • Prof. Dr. Slametmuljana dalam "Asal Bangsa dan Bahasa Nusantara" (1964: 59--62). Kata wanita, dalam bahasa aslinya (Sanskerta), tulisnya, bukan pemarkah (marked) jenis kelamin. Dari bahasa Sanskertavanita, kata ini diserap oleh bahasa Jawa Kuno (Kawi) menjadi wanita, ada perubahan labialisasi dari labiodental ke labial: [v]-->[w]; dari bahasa Kawi, kata ini diserap oleh bahasa Jawa (Modern); lalu, dari bahasa Jawa, kata ini diserap ke dalam bahasa Indonesia.
  • Pandangan lain juga mengatakan bahwa kata wanita bukanlah produk kata asli (induk). Kata ini hanyalah merupakan hasil akhir dari proses panjang perubahan bunyi (yang dalam studi linguistik sering disebut gejala bahasa /metatesis2) dan proses perubahan bunyi (kontoid) dari kata betina.
 

  • Berdasarkan etimologi rakyat Jawa (folk etimology, jarwodoso atau keratabasa, kata wanita dipersepsi secara kultural sebagai 'wani ditoto'; terjemahan leksikalnya 'berani diatur'; terjemahan kontekstualnya 'bersedia diatur'; terjemahan gampangnya 'tunduklah pada suami' atau 'jangan melawan pria'.
                    
Selanjutnya kita bahas mengenai kata “perempuan”
·         Dalam KD (1970: 853), kata perempuan berarti 'wanita', 'lawan lelaki', dan 'istri' .
·         KBBI (1988: 670) memberikan batasan yang hampir sama dengan KD, hanya ada tambahan sedikit, tetapi justru penting, untuk katakeperempuanan. Menurut KBBI, keperempuanan juga berarti 'kehormatan sebagai perempuan'.
  • Secara etimologis,
Kata perempuan berasal dari kata empu yang berarti 'tuan', 'orang yang mahir/berkuasa', atau pun 'kepala', 'hulu', atau 'yang paling besar'; maka, kita kenal kata empu jari 'ibu jari', empu gending 'orang yang mahir mencipta tembang'.
Kata perempuan juga berhubungan dengan kata ampu 'sokong', 'memerintah', 'penyangga', 'penjaga keselamatan', bahkan 'wali'; katamengampu artinya 'menahan agar tak jatuh' atau 'menyokong agar tidak runtuh'; kata mengampukan berarti 'memerintah (negeri)'; ada lagi pengampu 'penahan, penyangga, penyelamat', sehingga ada kata pengampu susu 'kutang' alias 'BH'.
Kata perempuan juga berakar erat dari kata empuan; kata ini mengalami pemendekan menjadi puan yang artinya 'sapaan hormat pada perempuan', sebagai pasangan kata tuan 'sapaan hormat pada lelaki'.
·         Prof. Slametmuljana (1964: 61) pun mengakui bahwa kata yang sekarang sering direndahkan, ditempatkan di bawah wanita, ini berhubungan dengan makna 'kehormatan' atau 'orang terhormat'. Tetapi, yang dilihatnya di masyarakat lain lagi. Maka, ia pun tidak mampu menyembunyikan keheranannya berikut:
"... Yang agak aneh dalam tjara berpikir ini ialah apa sebab perempuan tempat kehormatan itu semata-mata diperuntukkan bagi wanita, sedangkan hormat dan bakti setinggi-tingginya menurut adat ketimuran djustru datang dari kaum wanita, terhadap suami."

Namun perbedaan makna tersebut bukan tanpa pro dan kontra, sebagian pihak lain mengatakan bahwa kedudukan kata wanita lebih tinggi dibandingkan perempuan. Wanita diartikan sebagai perempuan dewasa sedangkan perempuan diartikan anak dan belum dewasa. Perempuan menurut etimologi didalamnya terdapat kata “empu” yang diartikan sebagai kepemilikan atau tentang suatu kepemilikan atau sesuatu yang dimiliki. Kata Wanita secara etimologi jawa berasal dari wanito yakni wani ditoto atau berani ditata atau bersedia ditata dianggap baik- baik saja malah memiliki konotasi yang positif dimana kata tersebut bermakna luhur yakni taat aturan, hukum dan tidak menyeleweng.
Perbedaan kata juga dikaitkan dengan Kongres Perempuan Indonesia pada tahun 1928-1941 menjadi Kongres Wanita Indonesia (Kowani) setelah kemerdekaan namun dalam wartafeminis.com (Indonesia Feminist Theory and Practices) mengatakan bahwa hal tersebut tanpa bermaksud menperdebatkan arti kata perempuan dan wanita. 

INDONESIA TANPA DISKRIMINASI

Kami....
Tak berdaya nenantang beringasnya mereka, sang penakluk negara
Tak sanggup hidup dalam himpitan mengatasnamakan kesesatan dan kesatuan
Tak mampu jikalau kami ditindas bagai ilalang yang ditebas

Alangkah lucu, negara yang mengatasnamakan pluralitas tapi menutup mata dan telinga
Mendikte negara, mendikte masyarakat
Bukan kalian yang menentukan masuk tidaknya kami dalam neraka
Kalian para suciawan berhak menaklukan dunia tapi tak berhak memaksa kami

Kami kaum bungkam
Kami Kaum marginal
Kami kaum yang disisihkan

Hanya harapan yang kami tanam, dan entah kapan akan kami tuai
Atau mungkin kami hanya bisa menanam dan tak berdaya lagi

Abad peradaban dunia sudah dimulai
Kaum bar- bar seharusnya hanya tinggal sejarah
Tak ada pemaksaan dan penindasan, berganti menjadi penghormatan dan penghargaan
#Indonesia Tanpa Diskriminasi

GENDERSIDA DAN DISKRIMINASI GENDER MASA LALU


Judul Buku : Perempuan Menjunjung Separuh Langit
                   Yang diterjemahkan dari "Half The Sky"
Penulis       : Nicholas D. Kristof dan Sheryl Wudunn
                   Wartawan Pemenang Penghargaan Pulitzer
Penerbit     : PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2010




Statistik global (2010) menunjukkan angka penganiayaan terhadap anak perempuan yang terbunuh selama lima puluh tahun terakhir ini sangat mencengangkan, hanya karena mereka berjenis kelamin perempuan, ketimbang jumlah laki- laki yang terbunuh di dalam peperangan selama abad ke dua puluh. 

Salah satu praktik hal tersebut dijumpai di Cina yakni 107 lelaki untuk tiap 100 perempuan dalam seluruh populasi (dan perbandingannya jauh lebih tak berimbang lagi diantara bayi yang baru lahir). Di India anak perempuan juga dibedakan dengan anak laki- laki. Jika anak laki- laki sakit maka akan segera dibawa untuk berobat beda dengan perlakuan terhadap anak perempuan, jika anak perempuan sakit maka akan dikatakan "lihat saja besok, apakah sakitnya akan lebih parah". dari hal seperti itu kita dapat megetahui diskriminasi yang terjadi pada gender perempuan.


Dalam buku tersebut diceritakan kisah mengenai perjalanan yang dapat dikatakan tragis dan sadis beberapa perempuan. Perempuan Thailand yang mempunyai hutang keluarga kemudian dijanjikan dapat melunasi hutang keluarganya jika ikut dengan seseorang dengan panggilan “bos” tapi bukannya terpenuhi janji tersebut ia malah dibawa ke Malaysia untuk menjadi pekerja seks. Korban trafficking tersebut tidak menginginkan dirinya sebagai pemuas hidung belang dan memberontak kepada “bos” akhirnya pun ia diberi pukulan- pukulan yang sangat menyakitkan terlebih lagi jika ia mencoba melarikan diri maka bukan hanya pukulan tetapi kematian dihadapannya. Kisah serupa juga dialami oleh perempuan India, di India lebih menyedihkan lagi. Perempuan desa yang masih berumur eman tahun sampai sepuluh tahun dijual ke rumah pelacuran. Dalam rumah pelacuran tersebut ia dirawat hingga ia berumur tiga belas sampai lima belas tahun dan cukup untuk menjadi wanita pemuas nafsu laki- laki. Sungguh tragis jika dibayangkan. Mereka akan mendapatkan pukulan jika menolak perintah ibu atau mucikari dalam rumah pelacuran tersebut terlebih ketika hendak melarikan diri entah apa yang akan dilakukannya. Berniat kabur pun ngeri bagi mereka. Setelah bertahun- tahun mereka didalam dan disekap sehingga bagi mereka tidak ada pekerjaan lain di luar sana yang dapat menerima mereka dan mereka merasa sudah hina. Nicholas pernah berusaha membebaskan dua diantara mereka dengan membayar penuh harga mereka kepada mucikari. Mereka sangat senang kembali bebas dan hidup bersama keluarga tetapi satu diantaranya ternyata dengan keinginan sendiri kembali lagi ke rumah pelacuran. Mengapa? Karena ia tidak tahan dengan siksaan yang dirasakan ketika ia tidak mendapatkan pil “terlarang” yang dapat membuat ia nyaman. Setelah ia sadar kembali maka ia pun sangat ingin pergi dari tempat prostitusi tersebut tapi siksaan diri itu kembali menderanya dan ia pun kembali. Bertahun tahun anak yang dipaksa menjadi pelacur malah menjadi mucikari dan merekrut anak- anak India desa.

Dari kisah diatas dapat disimpulkan bahwa seringkali keterpaksaan diawal tetapi akhirnya kita sendiri yang menentukan. Apakah kita berani untuk melawan atau diam ditempat. 

"Trafficking dan pemerkosaan akan lebih berkurang jika lebih banyak perempuan berhenti menyerahkan pipi yang sebelah dan mulai balas menampar" (Hal 68)

Kamis, 14 November 2013

Buku curhatan "PRESIDEN"?

Buku berjudul "Selalu Ada Pilihan" karya presiden akan segera di publikasikan kepada khalayak luas.Seperti halnya twitter, buku ini pun menuai banyak kontroversi. Ada yang menganggap hal tersebut biasa namun juga ada yang menganggapnya pencitraan dan mendzalimi diri seperti yang dikatakan oleh Ketua Fraksi Partai Hanura DPR Sarifuddin Sudding yang dilangsir pada merdeka.com. Buku dengan tebal 900 halaman ini berisikan pengalaman seorang presiden dalam menjalani tantangan serta berbagai kritik sindiran.


Rencana peluncuran buku tersebut dipublikasikan juga pada account resmi presiden beberapa waktu lalu dengan menggunakan hastag SAP (#SAP). Tidak hanya satu atau dua twit presiden mengenai hal tersebut tetapi sekitar 28 twit.

Rabu, 13 November 2013

Brownies Bambu Duren, Inovasi Package Kaum Muda

Berakit- rakit ke hulu berenang- renag ketepian. Peribahasa ini cocok  dengan jatuh bangun Sonia Marina Bahar dalam dunia wirausaha. Beberapa kali terpuruk hingga drop akhirnya kembali bangkit dan siap mengejar hari esok dengan brownies bamboo duren.  

     Dengan dibantu kakak kandungnya  Ellendria Irwansyah Bahar dan ibunya Emmy Mariani Bahar awalnya ia menciptakan kripik kulit  pedas berlevel yang ia beri nama Kebo Labil (Kebobil) dengan tiga level kepedasan. Kebo Males (tingkat kepedasan biasa), Kebo Rileks (tingkat kepedasan sedang) dan Kebo Ngamuk (tingkat kepedasan paling tinggi). Keripik kulit dipasok dari agen keripik kemudian diberi bumbu cabai kering yang diolah sendir. Cabai merah dijemur dibawah sinar matahari kemudian  dihaluskan hingga menjadi bubuk. Hal tersebut dilakukan karena ia tidak percaya dengan  bumbu kering yang dijual di pasar karena dapat membuat tenggorokan sakit. Namun usaha tidak semulus yangdiharapkan, empat bulan berjalan pemesanan turun drastis karena pelanggan komplain akibat keripik bau prengus ketika musim hujan sehingga keripik kulit tidak mendapat penjemuran yang sempurna.
    Tidak berhenti pada keripik kulit ia mencoba peruntungan lagi dengan Coconut Strawberry Soda (CORY). Setelah beberapa bulan laris dipasaran ia menambah produk tetapi disaat itulah pembeli tidak sebanyak produksinya. kelapa yang tidak bisa tahan lama disaat tidak ada pembeli. Ditambah lagi manajemen yang masih labil membuat ia nenutup usahanya ini.
Sempat ia merasa drop dengan apa yang telah ia jalani karna selain tenaga dan waktu, dana menjadi kendala terberat karena telah habis untuk produksi kemasan serta bahan baku.
Perempuan yang lahir dua puluh empat tahun yang lalu ini hampir tidak mau menjerumuskan diri lagi di dunia usaha karna kehabisan modal.
    “Sempat menyerah namun kehidupan akan terus berjalan, jika tidak bangun maka bagaimana melewatinya” ungkapnya saat ditemui pada Pameran Makanan, Minuman dan Kemasan beberapa waktu lalu.
Setahun setelah ayahnya  tiada ia menjadi terpacu kembali berwirausaha. Anak kedua dari lima bersaudara ini merasa mempunyai tanggung jawab terhadap kelanjutan pendidikan adik- adiknya.
     Perempuan yang mengambil jurusan  marketing komunikasi di Universitas Sadih ini mengaplikasikan ilmu yang pernah ia dapat dengan menganalisis apa yang menjadi trend saat ini, target market yang akan ia bidik serta bagaimana pengenalan produk.
     Brownies coklat dilapisi durian montong dan ditaburi irisan kecil keju dengan alas bambu merupakan inovasi ketiganya. Ide untuk menggunakan package bambu ia peroleh saat ia melihat banyak bambu dekat rumah. Kemudian ia belajar bagaimana menggunakan bambu dari penjual kue putu keliling.
     Produksi bertempat di rumah sendiri, jalan Setia 1U nomer 48 Cempaka Pondok Gede Jakarta. Untuk sekali masak ia memproduksi sepuluh brownies dan hanya melayani pemesanan online saja pada social media.

Dengan pengalaman usaha yang telah dijalanani sebelumnya serta dibantu Kementrian Usaha Kecil Menengah dan Koperasi produknya kini banyak dilirik oleh investor, salah satunya sebuah mini market Seven Eleven.
     “Saya akan mencoba lebih fokus pada bisnis ini karena sudah saya pikirkan matang, semoga anak muda lainnya juga tidak mudah menyerah ” tambah Sonia. 

Minggu, 03 November 2013

LKMM 2013 : INTEGRITAS DAN PROFESIONALISME

Foto Bersama peserta LKMM beserta Pemateri dan Fasilitator

“Dalam integritas terdapat lima nilai yakni kejujuran, bisa dipercaya (amanah), konsistensi, tanggung jawab dan keteladanan”

Yuwono Prianto, S.H., M.H., Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Untar

Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM) Universitas Tarumanagara (Untar) Angkatan ke- 39 digelar pada Jumat hingga Minggu lalu (25-27 Oktober 2013) bertemakan “Integritas dan Profesionalisme” dengan mengambil dua tempat yakni Kampus 1 Gedung M pada hari pertama dan Hotel Wira Carita di Banten pada hari kedua dan ketiga. Peserta kegiatan ini merupakan ketua lembaga kemahasiswaan baik tingkat fakultas maupun tingkat universitas. Beberapa fakultas yang tidak mengirimkan perwakilan adalah Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD), Fakultas Psikologi, dan Fakultas Kedokteran.

“Sebagai aktivis akan mengalami banyak masalah. Bertahan dari masalah tersebut bukanlah hal yang ringan sehingga diperlukan pribadi yang lebih kuat dan tangguh. Ibarat besi yang sering ditempa akan  tajam dibandingkan besi yang didiamkan” Ujar Yuwono Prianto, S.H., M.H., selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan Untar saat memberikan sambutan dalam pembukaan LKMM. Lanjutnya, integritas merupakan prinsip yang perlu dipegang. Yuwono juga menjabarkan lima nilai yang terdapat dalam integritas.
“Dalam integritas terdapat lima nilai yakni kejujuran, bisa dipercaya (amanah), konsistensi, tanggung jawab dan keteladanan” tambahnya.



Selain Yuwono, LKMM juga dihadiri oleh Happy Dharmawan, S.H.,M.M., selaku ketua LKMM 2013, fasilitator serta anggota lembaga kemahasiswaan baik tingkat universitas maupun fakultas. Happy menuturkan LKMM diisi oleh penyampaian materi-materi yang dapat memotivasi serta mendorong kinerja lembaga.  Materi tersebut di antaranya mengenai pengenalan diri dan analisis kondisi lingkungan, tolok ukur keberhasilan, etika, kesekretariatan dandokumentasi penganggaran, latihan proposal dan laporan pertanggungjawaban, komunikasi efektif, kepemimpinan dan manajemen konflik dan materi yang baru pada tahun ini adalah mengenai manajemen stres dan teknik negosiasi.


Dipublikasikan pertama kali di http://fikomuntar.blogspot.com/2013/10/lkmm-2013-integritas-dan-profesionalisme.html

Kamis, 17 Oktober 2013

RAKERMA FIKOM UNTAR : ASAS DEMOKRASI PERWAKILAN

Foto bersama kepengurusan organisasi kemahasiswaan FIKom Untar 2013/2014

Fikom Untar menggelar Rapat Kerja Mahasiswa (Rakerma) sebagai tindak lanjut pelantikan pengurus anggota organisasi kemahasiswaan. Rakerma yang diadakan selama tiga hari ini (20-22/09) bertujuan untuk menentukan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) serta Program Kerja (Proker) organisasi kemahasiswaan. Rakerma yang mengangkat tema “Asas Demokrasi Perwakilan” ini mengambil tempat di Kampus 4 Universitas Tarumanagara, Lippo Karawaci, Tangerang.
Foto bersama ketua organisasi kemahasiswaan 
Sesi pembukaan Rakerma berjalan lancar meskipun terjadi pengunduran selama 20 menit. Silviana Dharma, Ketua DPM Fikom Untar mengatakan bahwa keterlambatan yang terjadi berada di luar dugaan panitia Rakerma.
Tidak adanya skema mengenai Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) kemahasiswaan Fikom pada AD/ART sempat membuat beberapa peserta sidang sulit untuk memastikan alur komando serta melakukan pengoordinasian. “Ada kesalahan teknis dari kami, yakni tidak tercetaknya GBHO yang sebenarnya sudah dipersiapkan matang-matang” tutur April selaku ketua pelaksana.
Rakerma yang berakhir pada hari Minggu (22/9) ini berjalan sesuai jadwal. “Peserta sidang sangat mendukung, anggota baru kepengurusan tidak kalah berdebat dengan baik serta tetap mempertahankan argumen, is the best semuanya” tambah April.




Kamis, 12 September 2013

Jurnalis dan HAM

   

     Seorang jurnalis dituntut untuk selalu netral dalam peliputan sebuah peristiwa serta isu, namun dalam pemberitaan sebuah pelanggaran HAM, jurnalis harus berpihak pada yang benar serta korban. Hal tersebut di jabarkan oleh Dr. Ade Armando dalam Workshop Keberagaman yang diadakan oleh Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK) September lalu. 
    Konflik dan penindasan HAM bukan sekadar berita biasa karna peristiwa konflik atau penindasan minoritas tidak bisa diperlakukan sama dengan peristiwa lainnya, pemberitaan mengenai hal tersebut menyangkut nasib bahkan nyawa seseorang dan juga pelanggaran HAM merupakan kejahatan kemanusiaan yang membutuhkan intervensi. 
     Karya seorang jurnalis bisa mengurangi bahkan menyelamatkan korban HAM, namun tentu saja keberpihakan tersebut mensyaratkan pengetahuan dan pemahaman mendalam dan perlu bersikap selektif dan kritis dalam memberitakan konflik dan penindasan HAM. 

15 Tips peliputan keberagaman dijabarkan Dr Ade Armando, tips tersebut yakni, 

1. Bergerak melebihi peran pewarta
2. Meninggalkan rumus- rumus dasar apa yang dianggap sebagai newsworthy : 
    bad news is good news, konflik dan sensasi.
3. Bukan sekeradar Cover Both Sides, melainkan menampilkan semua sisi yang dibutuhkan bagi pembaca untuk memahami kebenaran
4. Apa yang "disukai" pembaca masyarakat tidaklah sama dengan apa yang "dibutuhkan" masyarakat
5. Bersedia mempelajari konteks peristiwa
6. Bersedia mempelajari latar belakang yang panjang
7. Menulis dengan kaca mata empatik
8. Meninggalkan prasangka, stereotip, anekdot
9. Dalam konflik yang "asimetris" memberi perhatian lebih pada mereka yang tidak punya ruang bersuara
10. Bila ada potensi konflik, menjalankan peran pemberi peringatan awal
11. Tidak hanya mengandalkan sumber resmi
12. Memberi ruang bagi mereka yang menyuarakan perdamaian, keharmonisan, dan persaudaraan
13. Memberi ruang bagi "orang kecil" untuk bersuara
14. Menonjolkan titik temu, bukan titik perbedaan
15. Menjadikan media sebagai ruang komunikasi terus menerus untuk membangun dunia yang damai

*saya dapatkan ketika mengikuti Workshop Pers Kampus "Panduan Jurnalis Kampus Dalam Memberitakan Isu Keberagaman" oleh SEJUK di Universitas Indonesia, 14-16 Sept 2012

Jumat, 23 Agustus 2013

Serah Terima Jabatan Kepengurusan 2013/2014

Foto bersama dua periode kepimimpinan organisasi di FIKom 2012/2013 dan 2013/2014 dengan Dekan, Pudek serta Pembimbing Mahasiswa

Organisasi kemahasiswaan Fakultas Ilmu Komunukasi Universitas Tarumanagara (Fikom Untar) melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan periode  2013/2014 pada Kamis sore (22/8). Acara ini mengambil tempat di ruang 1103, Gedung Utama Kampus I Untar.  Turut hadir Dr. Eko Harry Susanto, M.Si selaku Dekan, Widayatmoko, Drs., M.M.. Selaku Pudek, serta Genep Sukendro, S.Sos.,M.Si selaku Pembina Mahasiswa.

“Semakin tinggi pohon maka akar harus kuat maksudnya ialah menggapai suatu tekad luar biasa harus tahu dahulu diri sendiri” tutur Elwi Gito Ketua BEM periode 2012/2013. Ia juga menambahkan mengenai diferensiasi yakni mahasiswa harus mempunyai pembeda karena layaknya sebuah brand yang saling bersaing dan pembeda itulah yang membuat unggul.
Serah terima jabatan DPM, BEM, Oranye, I-Focus dan Creadzy ditandai dengan penyerahan secara simbolis oleh masing- masing ketua periode 2012/2013 kepada ketua periode selanjutnya. Dalam kesempatan ini Pudek FIKom menjelaskan bahwa seorang pemimpin harus melaksanakan tiga tertib yakni tertib kepemimpinan, tertib administrasi, dan tertib semuanya (tertib kuliah) dan berharap kepemimpinan yang akan datang lebih baik lagi.
Berikut nama- nama ketua organisasi mahasiswa Fikom Untar periode 2013/2014

Badan Eksekutif Mahasiswa : Satrio (Public Relations 2011)
Dewan Perwakilan Mahasiswa : Silviana Dharma ( Jurnalistik 2011)
Oranye Fikom : Etika Widya Kusumadewi (Jurnalistik 2011)
Creadzy Fikom : Ferryandi Angellim (Periklanan 2011)

I-Focus Fikom : Steven Andreass Anthony (Periklanan 2011)

Sabtu, 17 Agustus 2013

Penerimaan Mahasiswa Baru 2013




Foto ketika pengenalan bakat dan minat jurnalistik Oranye di Fakultas Ilmu Komunikasi Untar. 

Rabu, 03 Juli 2013

Peran Media Televisi Mencerdaskan Pemilih dalam Pemilu 2014





Seminar Peran Media Televisi Mencerdaskan Pemilih dalam pemilu 2014 digelar Rabu lalu (26/6) mengambil tempat di Hotel Aryaduta Jakarta menghadirkan CEO MNC Group dan pengamat media.  

"Peran media begitu penting karena media dapat menyebabkan konflik terutama ketika menuju pemilu 2014, sangat rawan" ungkap Yadi Hendriyanto ketua ITJI dalam pembukaan seminar. Media yang berkepentingan seringkali menampilkan sisi baik pemilik media terutama ketika pemilik media mencalonkan diri sebagai wapres. Kecenderengan ini menjadi topik penting dalam pembahasan seminar. 

"Saya tidak apriori terhadap kecendrungan kepentingan tertentu" ujar Ketua Dewan Pers Bagir Manan. 



Senin, 24 Juni 2013

HILANG DAN TAK SADAR

Angin semilir menghantam dan kembali ke udara
Ada yang mengganggu saat ini
Rasa sesak? bukan tapi terasa runtuh berserakan ditanah begitu saja
Jari kaki menghentak ke tanah bagaikan seseorang yang menunggu jawaban
Dan ku hanya berkata "tunggu saja pasti Tuhan mendengar"
Rasanya matahari kini dan kemarin begitu berbeda
Angin dihempas tumbuhan kerdir dihiasi bunga mungil bergoyang namun tenang
Senyapnya kamar membuatku melayang untuk pergi ke dunia yang sepi untuk sendiri beberapa menit dan kembali ketika perasaan ini normal kembali.

Selasa, 18 Juni 2013

PESTA MEDIA 2013


Mau tahu tentang fotografi jurnalistik? dibalik liputan investigasi? atau mau jadi presenter seperti Rosiana Silalahi ? Naaaaaah, dipesta media ini kalian bisa tahu semuanya. Acara yang bertempat di Galeri Nasional ini diisi oleh beberapa seminar dan workshop juga ga ketinggalan hiburan. Yuuuk buruan ikutan ! dijamin kece deh !

Minggu, 26 Mei 2013

SPIRITUAL QUOTIENT


             Awalnya menurut saya apa yang dimaksud dengan Spiritual Quotient (SQ) berhubungan dengan agama namun hal itu tidak selalu. SQ membuat saya memikirkan apa yang selalu saya pertanyakan ketika saya berada di alam bawah sadar. “untuk apa saya pergi begitu jauh, demi menemui seorang guru?, hal apa yang akan saya dapat?” beberapa dari pertanyaan saya membutuhkan jawaban yang bukan berupa materi semata. Saya butuh makna dari apa yang saya lakukan.
Sumber gambar :hawk-indo.blogspot.com
Sebenarnya saya tidak terlalu mengerti apa itu neuron, jaringan saraf bahkan ilmu saraf. Saya tidak menyukai bidang tersebut tetapi ada hal yang membuat saya betah pada salah satu bagian disana yakni God Spot. Ya, titik dimana ada bagian dalam otak yang memberikan signal bila kita membahas mengenai Tuhan, seperti apa yang saya rasakan sekarang.
            Pada buku SQ tersebut juga terdapat pembahasan mengenai konsep teratai pada diri manusia. Mungkin dengan pendapat beberapa ahli saya mulai memahami dan mempercayainya, sebelumnya saya selalu skeptis dengan hal yang masih saya anggap baru. Teratai tersebut dihubungkan dengan enam tipe kepribadian manusia yakni konvensional (ekstrover persepsi), sosial (ekstrover perasaan), investigative (introver berfikir), artistic (introver persepsi), realistis (introver perasaan), pengusaha (ekstrover berfikir). Hal tersebuat dalam buku SQ juga dihubungkan dengan dewa dewi bangsa Yunani termasuk juga dewa planet. Saya mencoba untuk mencerna hal tersebut dengan keras.
Saya pernah berfikir mengenai seorang penjahat yang dibunuh atau pemuda yang mengakhiri hidupnya dengan pikiran sempit hanya demi alasan yang sepele, mengapa mereka seperti itu? Untuk apa mereka begitu? Tidakkah mereka berfikir orang tua yang susah payah membesarkannya dengan penuh harapan telah ia sia-siakan? Tidakkah mereka sedikit menghargai itu? Mungkin itulah gunanya kita mengasah SQ kita masing- masing. Makna hidup bagi mereka pudar ya, mungkin pudar.
Kesadaran diri adalah salah satu kriteria tertinggi dari kecerdasan spiritual. Kecerdasan tersebut membuat konteks makna dalam perilaku dan hidup  menjadi lebih luas dan kaya, hal itu juga menilai diri mengenai tindakan atau jalan hidup saya lebih bermakna. Langkah pertama yakni dengan mengetahui “saya”. Meningkatkan komunikasi dengan diri sendiri dapat berupa meditasi, membaca puisi, berjalan –jalan ke hutan, sungguh- sungguh mendengarkan alunan music, sungguh- sungguh menikirkan suatu kejadian untuk dianalisis lebih dalam, mengisi buku harian dengan menambahkan tanggapan serta mimpi yang akan dicapai kelak. Bagian terpenting mencakup usaha untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk saya.
Dalam buku SQ menerangkan mengenai “pusat” yakni apapun yang saya lakukan dengan melibatkan pusat, menyadari apa yang saya lakukan dan yang akan saya lakukan menjadi lebih bermakna. Didalamnya juga mengarahkan saya menjadi cerdas secara spiritual dalam agama dan kematian. Suatu pemahaman akan kematian yang cerdas secara spiritual mampu memandang seluruh konteks keberadaan yang lebih luas, yang menganggap kematian tidak lain dari suatu bagian dari proses yang berkelanjutan.
SQ tinggi menuntut untuk benar- benar jujur kepada diri kita sendiri, benar- benar sadar akan diri kita, memuntut kita menghadapi pilihan dan menyadari bahwa kadang- kadang pillihan yang tepat merupakan pilihan yang sulit. SQ tinggi menuntut integritas pribadi yang paling kuat. Ia menuntut kita agar menyadari hidup dengan pusat yang ada dalam diri kita sendiri yang tercermin dari fragmen kehidupan.
SQ memandang kehidupan dengan cara baru, seolah olah kita menjadi seorang anak yang mempertanyakan kenapa dan mengapa dalam kehidupan ini. Terdapat tujuh langkah praktis mendapatkan SQ lebih baik yang saya temukan dalam buku ini yakni pertama dengan menyadari dimana saya sekarang, merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah, merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam, menemukan dan mengatasi rintangan, menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju, menetapkan hati sayan pada sebuah jalan dan tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.
Di bagian sebelum akhir buku SQ terdapat daftar pertanyaan yang dapat memberi gambaran mengenai kenis kepribadian saya sendiri pada kelopak teratai diri. Setiap jenis soal kepribadian ada dua belas pilihan. Pilihan paling banyak dalam jenis kepribadian itulah cerminan kepribadian kita pada kelopak teratai diri dan hasilnya saya mendapat nilai paling tinggi pada kepribadian artistik, saya mendapat nilai sembilan untuk ini, kepribadian jenis lain hanya berkisar delapan dan tujuh. Saya memang menyukai seni, terutama bidang seni grafis, editing terutama baik editing foto ataupun editing video. Saya juga selalu tertarik ketika ditugaskan membuat film dan foto meskipun hasilnya bukan yang terbaik tapi saya merasa kepuasan pada diri saya sendiri.