Minggu, 24 November 2013

Mata Massa, Aplikasi Masyarakat Urban Memantau Pemilu 2014

Dari kiri : Ferry (Perludem), Ferry Kurniansyah (KPU), Nelson Simanjuntak (Bawaslu),
Ahmad Suwandi (Badan Pengawas iLab) 

     Pemilu 2014 merupakan pesta demokrasi akbar untuk menentukan pemimpin  lima tahun kedepan oleh karenanya  Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta dan ICT Laboratory for Social Changes (iLab) dan didukung oleh Southeast Asia Tecnology and Transparency Initiative (SEATTI) meluncurkan  aplikasi pemantauan pemilu yakni Mata Massa pada Minggu lalu (24/11) di Perpustakaan Salihara Jakarta.
    Aplikasi Mata Massa merupakan sarana untuk melaporkan pelanggaran yang terjadi terkait pemilu mendatang. Baik dalam hal iklan kampanye, alat peraga kampanye serta skandal kampanye yang terselubung.
     Aplikasi dengan pendekatan smartphone ini digunakan oleh masyarakat dan kaum muda atau pemilih pemula agar terlibat aktif dalam pemantauan. “Membuat aplikasi dan program untuk meningkatkan partisipasi masyarakat, masyarakat perlu diajak selain partisipasi pada hari H” ungkap Umar Idris selaku Ketua AJI.
    Negara yang pernah menerapkan aplikasi serupa yakni Kenya, Thailand dan Malaysia.  Dengan aplikasi tersebut setiap warga dapat terlibat langsung agar pemilu berjalan jujur, adil dan bebas.
Laporan dari warga yang sudah benar baik format maupun kontennya maka tim verifikator segera melakukan proses verifikasi laporan dan akan dipublikasikan ke situs MataMassa.org. Selanjutnya laporan tersebut akan ditindaklanjuti oleh regulator pemilu yakni Komisi Pemilihan Umum (KPU) dan Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu)
     Pemantau pemilu yang terdaftar akan menjadi keypersons dan akan rutin mengabarkan mengenai pelanggaran yang terjadi menjelang  pemilu. Oranye yang merupakan lembaga pers mahasiswa Universitas Tarumanagara (UNTAR) tergabung dalam keypersons tersebut.  Tidak hanya UNTAR, Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah (UIN), Universitas Negri Jakarta (UNJ), Universitas Nasional (UNas) serta berbagai universitas di Jakarta lainnya ikut tergabung didalamnya. 
     Menurut komisioner Bawaslu Nelson Simanjuntak, pelanggaran yang terjadi berasal dari tingkat kejujuran calon baik legislatif atau eksekutif yang hanya sebatas normatif sehingga hal tersebut yang membuat pemilu menjadi banyak tantangan.


Dipublikasikan pertama kali di http://fikomuntar.blogspot.com/2013/11/masyarakat-urban-masyarakat-pemantau.html

2 komentar:

  1. wahhh..kreatif bgt si AJI bikin mata massa. Para calon legislatif dan ekskutif harus hati-hati nih karena 'mata-mata' ada di sekitar kalian. :)

    BalasHapus
  2. wah nyesel gak ikut rapat mata massa ini.

    BalasHapus