Minggu, 26 Mei 2013

SPIRITUAL QUOTIENT


             Awalnya menurut saya apa yang dimaksud dengan Spiritual Quotient (SQ) berhubungan dengan agama namun hal itu tidak selalu. SQ membuat saya memikirkan apa yang selalu saya pertanyakan ketika saya berada di alam bawah sadar. “untuk apa saya pergi begitu jauh, demi menemui seorang guru?, hal apa yang akan saya dapat?” beberapa dari pertanyaan saya membutuhkan jawaban yang bukan berupa materi semata. Saya butuh makna dari apa yang saya lakukan.
Sumber gambar :hawk-indo.blogspot.com
Sebenarnya saya tidak terlalu mengerti apa itu neuron, jaringan saraf bahkan ilmu saraf. Saya tidak menyukai bidang tersebut tetapi ada hal yang membuat saya betah pada salah satu bagian disana yakni God Spot. Ya, titik dimana ada bagian dalam otak yang memberikan signal bila kita membahas mengenai Tuhan, seperti apa yang saya rasakan sekarang.
            Pada buku SQ tersebut juga terdapat pembahasan mengenai konsep teratai pada diri manusia. Mungkin dengan pendapat beberapa ahli saya mulai memahami dan mempercayainya, sebelumnya saya selalu skeptis dengan hal yang masih saya anggap baru. Teratai tersebut dihubungkan dengan enam tipe kepribadian manusia yakni konvensional (ekstrover persepsi), sosial (ekstrover perasaan), investigative (introver berfikir), artistic (introver persepsi), realistis (introver perasaan), pengusaha (ekstrover berfikir). Hal tersebuat dalam buku SQ juga dihubungkan dengan dewa dewi bangsa Yunani termasuk juga dewa planet. Saya mencoba untuk mencerna hal tersebut dengan keras.
Saya pernah berfikir mengenai seorang penjahat yang dibunuh atau pemuda yang mengakhiri hidupnya dengan pikiran sempit hanya demi alasan yang sepele, mengapa mereka seperti itu? Untuk apa mereka begitu? Tidakkah mereka berfikir orang tua yang susah payah membesarkannya dengan penuh harapan telah ia sia-siakan? Tidakkah mereka sedikit menghargai itu? Mungkin itulah gunanya kita mengasah SQ kita masing- masing. Makna hidup bagi mereka pudar ya, mungkin pudar.
Kesadaran diri adalah salah satu kriteria tertinggi dari kecerdasan spiritual. Kecerdasan tersebut membuat konteks makna dalam perilaku dan hidup  menjadi lebih luas dan kaya, hal itu juga menilai diri mengenai tindakan atau jalan hidup saya lebih bermakna. Langkah pertama yakni dengan mengetahui “saya”. Meningkatkan komunikasi dengan diri sendiri dapat berupa meditasi, membaca puisi, berjalan –jalan ke hutan, sungguh- sungguh mendengarkan alunan music, sungguh- sungguh menikirkan suatu kejadian untuk dianalisis lebih dalam, mengisi buku harian dengan menambahkan tanggapan serta mimpi yang akan dicapai kelak. Bagian terpenting mencakup usaha untuk mengetahui batas wilayah yang nyaman untuk saya.
Dalam buku SQ menerangkan mengenai “pusat” yakni apapun yang saya lakukan dengan melibatkan pusat, menyadari apa yang saya lakukan dan yang akan saya lakukan menjadi lebih bermakna. Didalamnya juga mengarahkan saya menjadi cerdas secara spiritual dalam agama dan kematian. Suatu pemahaman akan kematian yang cerdas secara spiritual mampu memandang seluruh konteks keberadaan yang lebih luas, yang menganggap kematian tidak lain dari suatu bagian dari proses yang berkelanjutan.
SQ tinggi menuntut untuk benar- benar jujur kepada diri kita sendiri, benar- benar sadar akan diri kita, memuntut kita menghadapi pilihan dan menyadari bahwa kadang- kadang pillihan yang tepat merupakan pilihan yang sulit. SQ tinggi menuntut integritas pribadi yang paling kuat. Ia menuntut kita agar menyadari hidup dengan pusat yang ada dalam diri kita sendiri yang tercermin dari fragmen kehidupan.
SQ memandang kehidupan dengan cara baru, seolah olah kita menjadi seorang anak yang mempertanyakan kenapa dan mengapa dalam kehidupan ini. Terdapat tujuh langkah praktis mendapatkan SQ lebih baik yang saya temukan dalam buku ini yakni pertama dengan menyadari dimana saya sekarang, merasakan dengan kuat bahwa saya ingin berubah, merenungkan apakah pusat saya sendiri dan apakah motivasi saya yang paling dalam, menemukan dan mengatasi rintangan, menggali banyak kemungkinan untuk melangkah maju, menetapkan hati sayan pada sebuah jalan dan tetap menyadari bahwa ada banyak jalan.
Di bagian sebelum akhir buku SQ terdapat daftar pertanyaan yang dapat memberi gambaran mengenai kenis kepribadian saya sendiri pada kelopak teratai diri. Setiap jenis soal kepribadian ada dua belas pilihan. Pilihan paling banyak dalam jenis kepribadian itulah cerminan kepribadian kita pada kelopak teratai diri dan hasilnya saya mendapat nilai paling tinggi pada kepribadian artistik, saya mendapat nilai sembilan untuk ini, kepribadian jenis lain hanya berkisar delapan dan tujuh. Saya memang menyukai seni, terutama bidang seni grafis, editing terutama baik editing foto ataupun editing video. Saya juga selalu tertarik ketika ditugaskan membuat film dan foto meskipun hasilnya bukan yang terbaik tapi saya merasa kepuasan pada diri saya sendiri.
             

Senin, 20 Mei 2013

BEDAH BUKU "PASUNG JIWA"



Bedah buku Pasung Jiwa karya Okky Madasari mengambil tempat di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki Rabu 15 Mei lalu.
" Bagaimana peran editor penting? apakah membatasi isi dari sebuah novel sehingga karya menjadi tidak orisinal ataukah sebaliknhya? membantu penulis?" kalimat tersebut keluar dari salah satu peserta yang hadir.


KULIAH UMUM BERSAMA JOKOWI



Minggu, 12 Mei 2013

ENTAH

Angin pagi mulai berbisik, dan ucapkan selamat tinggal
Angin pagi mulai berseru, pergilah 

Saat hilang tak berdasar
Tak ada yang bisa menunda kehendak-Nya
Hanya getar bibir mengikuti, menyemangati dan runtuh tiba- tiba

Tak berharga jika batu dilempar dan digenggam kembali
Tak ada yang tahu kapan daun jatuh
Senyapnya malam tak kuasa menyembunyikannya