Terdapat
diktum pada kaum feminis mengenai penggunaan kata “perempuan” dibandingkan kata
‘wanita”. Seperti yang kita ketahui beberapa organisasi atau istilah yang di
dalamnya terdapat kata “wanita” secara bertahap dan pasti, menggantinya dengan
kata “perempuan”. Contohnya saja Menteri Peranan Wanita kini berubah menjadi
Menteri Pemberdayaan Perempuan.
Mari kita bahas
mengenai “wanita” terlebih dahulu.
- Dalam KBBI (1988: 1007), wanita berarti
'perempuan dewasa'.
- Menurut KD (1970: 1342), kata wanita merupakan
bentuk eufemistis dari perempuan.
- Berdasarkan "Old Javanese English Dictionary"
(Zoetmulder, 1982), kata wanita berarti 'yang
diinginkan'. Arti 'yang dinginkan' dari wanita ini sangat relevan
dibentangkan di sini. Maksudnya, jelas bahwa wanita adalah 'sesuatu yang
diinginkan pria'.
- Prof. Dr. Slametmuljana dalam "Asal Bangsa dan
Bahasa Nusantara" (1964: 59--62). Kata wanita, dalam
bahasa aslinya (Sanskerta), tulisnya, bukan pemarkah (marked) jenis
kelamin. Dari bahasa Sanskertavanita, kata ini diserap oleh bahasa
Jawa Kuno (Kawi) menjadi wanita, ada perubahan labialisasi
dari labiodental ke labial: [v]-->[w]; dari bahasa Kawi, kata ini
diserap oleh bahasa Jawa (Modern); lalu, dari bahasa Jawa, kata ini
diserap ke dalam bahasa Indonesia.
- Pandangan lain juga mengatakan bahwa kata wanita bukanlah
produk kata asli (induk). Kata ini hanyalah merupakan hasil akhir dari
proses panjang perubahan bunyi (yang dalam studi linguistik sering disebut
gejala bahasa /metatesis2) dan proses perubahan bunyi (kontoid) dari kata betina.
- Berdasarkan etimologi rakyat Jawa (folk etimology,
jarwodoso atau keratabasa, kata wanita dipersepsi secara
kultural sebagai 'wani ditoto'; terjemahan leksikalnya 'berani diatur';
terjemahan kontekstualnya 'bersedia diatur'; terjemahan gampangnya
'tunduklah pada suami' atau 'jangan melawan pria'.
Selanjutnya kita bahas
mengenai kata “perempuan”
·
Dalam
KD (1970: 853), kata perempuan berarti 'wanita', 'lawan
lelaki', dan 'istri' .
·
KBBI
(1988: 670) memberikan batasan yang hampir sama dengan KD, hanya ada tambahan
sedikit, tetapi justru penting, untuk katakeperempuanan. Menurut
KBBI, keperempuanan juga berarti 'kehormatan sebagai
perempuan'.
Kata perempuan berasal
dari kata empu yang berarti 'tuan', 'orang yang
mahir/berkuasa', atau pun 'kepala', 'hulu', atau 'yang paling besar'; maka,
kita kenal kata empu jari 'ibu jari', empu gending 'orang
yang mahir mencipta tembang'.
Kata perempuan juga
berhubungan dengan kata ampu 'sokong', 'memerintah',
'penyangga', 'penjaga keselamatan', bahkan 'wali'; katamengampu artinya
'menahan agar tak jatuh' atau 'menyokong agar tidak runtuh'; kata mengampukan berarti
'memerintah (negeri)'; ada lagi pengampu 'penahan, penyangga,
penyelamat', sehingga ada kata pengampu susu 'kutang' alias
'BH'.
Kata perempuan juga
berakar erat dari kata empuan; kata ini mengalami pemendekan
menjadi puan yang artinya 'sapaan hormat pada perempuan',
sebagai pasangan kata tuan 'sapaan hormat pada lelaki'.
·
Prof.
Slametmuljana (1964: 61) pun mengakui bahwa kata yang sekarang sering
direndahkan, ditempatkan di bawah wanita, ini berhubungan dengan
makna 'kehormatan' atau 'orang terhormat'. Tetapi, yang dilihatnya di
masyarakat lain lagi. Maka, ia pun tidak mampu menyembunyikan keheranannya
berikut:
"... Yang
agak aneh dalam tjara berpikir ini ialah apa sebab perempuan tempat kehormatan
itu semata-mata diperuntukkan bagi wanita, sedangkan hormat dan bakti
setinggi-tingginya menurut adat ketimuran djustru datang dari kaum wanita,
terhadap suami."
Namun perbedaan makna tersebut bukan tanpa pro dan kontra,
sebagian pihak lain mengatakan bahwa kedudukan kata wanita lebih tinggi
dibandingkan perempuan. Wanita diartikan sebagai perempuan dewasa sedangkan
perempuan diartikan anak dan belum dewasa. Perempuan menurut etimologi didalamnya
terdapat kata “empu” yang diartikan sebagai kepemilikan atau tentang suatu
kepemilikan atau sesuatu yang dimiliki. Kata Wanita secara etimologi jawa
berasal dari wanito yakni wani ditoto atau berani ditata atau bersedia ditata
dianggap baik- baik saja malah memiliki konotasi yang positif dimana kata
tersebut bermakna luhur yakni taat aturan, hukum dan tidak menyeleweng.
Perbedaan kata juga dikaitkan dengan Kongres Perempuan
Indonesia pada tahun 1928-1941 menjadi Kongres Wanita Indonesia (Kowani)
setelah kemerdekaan namun dalam wartafeminis.com (Indonesia Feminist Theory and
Practices) mengatakan bahwa hal tersebut tanpa bermaksud menperdebatkan arti
kata perempuan dan wanita.