Rabu, 13 November 2013

Brownies Bambu Duren, Inovasi Package Kaum Muda

Berakit- rakit ke hulu berenang- renag ketepian. Peribahasa ini cocok  dengan jatuh bangun Sonia Marina Bahar dalam dunia wirausaha. Beberapa kali terpuruk hingga drop akhirnya kembali bangkit dan siap mengejar hari esok dengan brownies bamboo duren.  

     Dengan dibantu kakak kandungnya  Ellendria Irwansyah Bahar dan ibunya Emmy Mariani Bahar awalnya ia menciptakan kripik kulit  pedas berlevel yang ia beri nama Kebo Labil (Kebobil) dengan tiga level kepedasan. Kebo Males (tingkat kepedasan biasa), Kebo Rileks (tingkat kepedasan sedang) dan Kebo Ngamuk (tingkat kepedasan paling tinggi). Keripik kulit dipasok dari agen keripik kemudian diberi bumbu cabai kering yang diolah sendir. Cabai merah dijemur dibawah sinar matahari kemudian  dihaluskan hingga menjadi bubuk. Hal tersebut dilakukan karena ia tidak percaya dengan  bumbu kering yang dijual di pasar karena dapat membuat tenggorokan sakit. Namun usaha tidak semulus yangdiharapkan, empat bulan berjalan pemesanan turun drastis karena pelanggan komplain akibat keripik bau prengus ketika musim hujan sehingga keripik kulit tidak mendapat penjemuran yang sempurna.
    Tidak berhenti pada keripik kulit ia mencoba peruntungan lagi dengan Coconut Strawberry Soda (CORY). Setelah beberapa bulan laris dipasaran ia menambah produk tetapi disaat itulah pembeli tidak sebanyak produksinya. kelapa yang tidak bisa tahan lama disaat tidak ada pembeli. Ditambah lagi manajemen yang masih labil membuat ia nenutup usahanya ini.
Sempat ia merasa drop dengan apa yang telah ia jalani karna selain tenaga dan waktu, dana menjadi kendala terberat karena telah habis untuk produksi kemasan serta bahan baku.
Perempuan yang lahir dua puluh empat tahun yang lalu ini hampir tidak mau menjerumuskan diri lagi di dunia usaha karna kehabisan modal.
    “Sempat menyerah namun kehidupan akan terus berjalan, jika tidak bangun maka bagaimana melewatinya” ungkapnya saat ditemui pada Pameran Makanan, Minuman dan Kemasan beberapa waktu lalu.
Setahun setelah ayahnya  tiada ia menjadi terpacu kembali berwirausaha. Anak kedua dari lima bersaudara ini merasa mempunyai tanggung jawab terhadap kelanjutan pendidikan adik- adiknya.
     Perempuan yang mengambil jurusan  marketing komunikasi di Universitas Sadih ini mengaplikasikan ilmu yang pernah ia dapat dengan menganalisis apa yang menjadi trend saat ini, target market yang akan ia bidik serta bagaimana pengenalan produk.
     Brownies coklat dilapisi durian montong dan ditaburi irisan kecil keju dengan alas bambu merupakan inovasi ketiganya. Ide untuk menggunakan package bambu ia peroleh saat ia melihat banyak bambu dekat rumah. Kemudian ia belajar bagaimana menggunakan bambu dari penjual kue putu keliling.
     Produksi bertempat di rumah sendiri, jalan Setia 1U nomer 48 Cempaka Pondok Gede Jakarta. Untuk sekali masak ia memproduksi sepuluh brownies dan hanya melayani pemesanan online saja pada social media.

Dengan pengalaman usaha yang telah dijalanani sebelumnya serta dibantu Kementrian Usaha Kecil Menengah dan Koperasi produknya kini banyak dilirik oleh investor, salah satunya sebuah mini market Seven Eleven.
     “Saya akan mencoba lebih fokus pada bisnis ini karena sudah saya pikirkan matang, semoga anak muda lainnya juga tidak mudah menyerah ” tambah Sonia. 

1 komentar: